Internet Menunjang Perilaku Plagiat Atau Copy Paste Mahasiswa
Arum Khasanah, Dwi Ayu Kusuma, Ilham Aulia Rohman,
Rizki
Dinda Safitri*, dan Tri Widyaningsih, Dian Bela Fitri Utami
Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
Abstrak
Mahasiswa, kata tersebut identik dengan kaum yang
memiliki tingkat intelektualitas tinggi
. Sayangnya, kemajuan zaman
yang diiringi dengan kemajuan teknologi justru membuat mahasiswa memilih hal-hal praktis dan instan untuk menyelesaikan permasalahan
atau tugas akademik mereka. Teknologi yang semakin canggih membuat mahasiswa
dengan mudahnya mengakses berbagai situs di internet. Hanya dengan beberapa
kali menekan tombol mouse,
permasalahan atau tugas akademik pun dapat terselesaikan. Semua informasi yang
mereka butuhkan secara lengkap tersedia di internet. Mereka tinggal melakukan copy paste untuk menyelesaikan tugas
tersebut. Tindakan ini seolah-olah telah
menjadi budaya yang tak dapat terpisahkan dalam kehidupan mahasiswa. Copy paste menjadi solusi praktis bagi
mahasiswa yang hanya mementingkan kemalasan tanpa mempertimbangkan apakah
referensi atau sumber tersebut dapat dipercaya atau tidak. Di manakah peran mahasiswa sebagai kaum
intelektual jika hanya copy paste dari
internet? Apakah faktor yang melatarbelakangi
tindakan tersebut? Lantas,
adakah cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi tindakan tersebut?
Kata kunci: Copy
paste; Internet; Mahasiswa; Plagiarisme.
Pendahuluan
Dunia
pendidikan saat ini dapat dikatakan dalam keadaan gawat darurat. Tindak plagiarisme
telah masuk, berkembang dan mulai menggerogoti orang-orang yang terlibat
didalamnya. Tak terkecuali mahasiswa. Kemajuan zaman yang ditandai dengan
kemajuan bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi membuat akses internet mudah
dijangkau dimana-mana. Namun hal ini justru menjadi masalah baru yang timbul
dalam dunia pendidikan. Muncul istilah plagiarisme dengan cara copy paste dari internet yang dilakukan oleh
mahasiswa. Kemajuan internet justru memanjakan mahasiswa dalam mengerjakan
tugas akademik maupun karya ilmiahnya. Hanya dengan beberapa kali menekan
tombol mouse, apa yang dicari dan dibutuhkan oleh mereka dapat ditemukan.
Dosen pun terkadang hanya tinggal diam menanggapi
hal ini. Tak sedikit dosen yang membiarkan tindak plagiarisme atau copy paste terjadi di mahasiswanya. Yang
kebanyakan dosen tahu, tugas tersebut disusun dengan baik, selesai tepat waktu,
serta mencakup semua materi yang ditentukan. Kebanyakan dosen tak
mempermasalahkan tindakan mahasiswa yang mengerjakan tugas dengan cara copy paste dari internet. Hanya sedikit
dosen yang memeriksa langsung sumber pustaka yang digunakan mahasiswa dalam
menyusun tugas akademiknya. Padalah jika dosen berperan aktif dalam memeriksa
sumber pustaka yang digunakan mahasiswa, bukan tidak mungkin tindak plagiarisme
dapat diminimalisir.
Untuk mengatasi meluasnya permasalahan plagiarisme
di dunia akademik maupun institusi pemerintahan di Indonesia, pemerintah
sebenarnya telah membuat peraturan menyangkut sanksi bagi pelaku tindakan
plagiarisme. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa sanksi atas
tindakan plagiarisme dalam persoalan karya tulis sebagai berikut.
“Lulusan
PT yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar akademik, profesi,
atau vokasi, terbukti merupakan jiplakan, dicabut gelarnya (pasal 25 ayat 2).
Lulusan yang tersebut pada pasal 25 ayat 2 dipidana dengan pidana penjara
paling lama dua tahun, dan atau pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,-
(dua ratus juta rupiah) (Yasasan Rumah Ilmu Indonesia. E-Journal 2010,
dalam Zalnur 2012).
Sayangnya, masih banyak mahasiswa yang seolah tutup
mata bahkan tidak mengetahui Undang-Undang tersebut. Alasan klasik “malas”,
membuat budaya dan kebiasaan ini sulit dihilangkan dari mahasiswa. Budaya copy paste membuat ruang kritis
mahasiswa menyempit. Ini terlihat dari makin minimnya budaya membaca, budaya diskusi,
dan budaya beprestasi. Padahal, budaya-budaya itu merupakan penumbuh budaya intelektual.
Jika budaya-budaya tersebut tergusur oleh budaya copy paste, tergusurlah ranah intelektualitas yang seharusnya
dimiliki kalangan mahasiswa (Wulandari, 2011).
Copy Paste dan
Plagiarisme Menjadi Budaya di Kalangan Mahasiswa
Kata
plagiarisme berasal dari bahasa Latin plagiari(us)
yang berarti penculik dan plagi(um)
yang berarti menculik. Kata
tersebut pertama kali diperkenalkan oleh penyair Romawi, Marcus Valerius
Martialis, pada abad pertama masehi. Pada saat itu ia mengeluhkan puisi lain
yang kata-katanya sama dengan yang telah ia buat (Suryono
2011, dalam Herqutanto 2013). Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), plagiarisme adalah
penjiplakan yg melanggar hak cipta. Tindakan melakukan plagiarisme
disebut plagiat, yang berarti pengambilan karangan (pendapat) orang lain dan
menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat) sendiri, misalnya menerbitkan
karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri atau jiplakan.[1]
Dari
beberapa pengertian dan penjelasan mengenai plagiarisme, dapat ditarik benang
merah antara kata plagiarisme dengan kata copy
paste yang saat ini marak dan menjadi trend
dikalangan mahasiswa. Copy paste
merupakan salah satu bentuk tindakan plagiarisme dengan mengambil sebagian atau
seluruh ide, gagasan, atau pemikiran sesorang, yang kemudian diakui sebagai
karya milik sendiri. Tindakan copy paste dilakukan
oleh sebagian besar mahasiswa, sehingga
lama-kelamaan menjadi kebiasaan dan membudaya. Budaya copy
paste dilatarbelakangi oleh kemalasan belajar dan belajar malas di kalangan
mahasiswa. Akibatnya, tergeruslah jati diri mahasiswa. Mereka tak lagi percaya
diri dengan potensi dan kemampuan berpikir (Wulandari, 2011).
Hasil
Penelitian
Dalam bab ini, peneliti akan membahas hasil
penelitian terhadap mahasiswa yang ada di UNNES mengenai plagiarisme terhadap
internet dan hal yang menjadi faktor plagiarisme terhadap internet di kalangan
mahasiswa. Plagiarisme di kalangan mahasiswa UNNES sudah dianggap biasa karena dapat
mempermudah kerja mereka. Disini kami melakukan penelitian dengan memberikan
kuisioner terhadap mahasiswa UNNES untuk mengetahui seberapa besar tindak plagiarisme
di kalangan mereka dan motif apa yang mendasari mereka melakukan plagiarisme.
Plagiarisme biasanya dilakukan jika mereka mempunyai tugas banyak maupun ketika
mereka malas untuk mengerjakan tugas tersebut. Kami memberikan lembaran
kuisioner kepada 10 mahasiswa di kalangan UNNES untuk mengetahui bagaimana
tindak plagiarisme ini. Kuisioner ini berisikan beberapa pertanyaan tentang
plagiarisme. Adapun pertanyaannya sebagai berikut (1) dalam mengerjakan tugas,
mana yang lebih sering anda lakukan? copy
paste dari internet atau berdasarkan sumber-sumber terpercaya? (2) menurut
anda motif apa yang mendasari plagiarisme dari internet?
Pertama, dalam mengerjakan tugas, dua dari
sepuluh mahasiswa memilih mencari sumber dari buku. Menurut mereka sumber dari
buku lebih terpercaya dan lebih mudah dipahami. Menurut kedua mahasiswa
tersebut, mencari buku itu tidak sulit dan lebih cepat dari internet. Kedua
mahasiswa ini berpendapat bahwa buku adalah jendela dunia, jadi sumber dari
buku lebih aman dan merupakan referensi yang tepat, lebih terpercaya daripada
internet. Buku juga tersedia gratis dikampus, banyak perpustakaan-perpustakaan
yang menyediakan buku. Kita juga dengan mudah mencari buku di perpustakaan
pusat dengan mencarinya terlebih dahulu dengan cara online. Jadi, kita tidak
akan kebingungan mencari buku jika sudah sampai disana. Jika kita tidak sempat
mencari buku yang tersedia secara online dirumah, di perpustakaan pusat
disediakan komputer untuk mencarinya. Tidak perlu mencari per rak untuk
mendapatkan buku yang kita inginkan.
Kedua, lima mahasiswa yang mengisi lembaran
kuisioner ini menjawab lebih suka melakukan plagiarisme dari internet daripada
mencari referensi dari buku. Mereka sadar bahwa copy paste dari internet memiliki banyak kekurangan, seperti
referensi tidak terpercaya, juga blogger yang sembarangan menulis hasil
tulisannya. Namun, mahasiswa ini tetap memilih plagiarisme dari internet karena
menurut mereka copy paste lebih mudah
dan tidak ada yang melarang. Plagiarisme itu hal yang halal untuk dilakukan
menurut pendapat mereka. Mereka berpendapat bahwa plagiarisme yang mereka
lakukan bukan karena tugas yang deadline atau apapun. Namun, plagiarisme yang
mereka lakukan terjadi karena adanya kebiassan atau cara ringkas dan cepat
untuk mendapatkan tugas. Dan pada mahasiswa ini tugas yang dilakukan melalui
plagiarisme tetap diteliti dengan baik agar tidak kelihatan seperti plagiarisme.
Mereka meneliti sedetail mungkin agar kelihatan bekerja melalui referensi yang
terpercaya. Tetapi, terkadang juga dosen tahu bahwa itu kerja plagiarisme.
Namun, mereka tetap mengulangi hal yang sama karena plagiarisme itu mudah,
tidak capek untuk mengetik, lebih cepat selesai dan banyak pilihan referensi
yang digunakan.
Ketiga, tiga orang dalam lembaran kuisioner
ini menyatakan bahwa mereka lebih memilih dua sumber yang dipakai yaitu dari
sumber buku yang dipercaya dan plagiarisme dari internet. Mereka memilih
dua-duanya agar plagiarismenya tidak terlalu kelihatan atau tidak sepenuhnya copy paste karena sumber dari internet
itu bisa menjadikan kita terjerumus dalam hal yang menyesatkan karena tulisan
di internet itu tidak selalu dari sumber yang benar bisa jadi mereka penulis
ulang mempermainkan tulisannya dan agar lebih konkrit mereka lebih bisa
meneliti sebagaimana yang benar. Mereka paham bahwa sumber dari buku itu lebih
pasti dan lebih percaya. Memang sulit mencari bukunya namun, buku itu bisa
didapat dimanapun. Banayk toko yang menyediakan, banyak perpustakaan disekitar
kampus yang menyediakan bahkan jika kita ingin online mencari buku dikampus
akan ditunjukkan dimana buku itu berada, di jurusan, fakultas di UNNES. Mereka
berpendapat menggunakan keduanya untuk internet lebih cepat dan buku lebih
terpercaya, mengkombinasikan keduanya agar tidak plagiarisme namun, menjadikan
internet itu sebgai rujukan saja, agar tugas yang dikerjakan tersebut dapat
terkerjakan secara maksimal karena mempunyai 2 sumber yang praktis dan
terpercaya.
Motif yang mendasari kalangan mahasiswa
melakukan plagiarisme di internet adalah (a) Karena tugas deadline dan
membutuhkan waktu yang cepat maka mahasiswa terkadang memilih untuk copy paste, disini membutuhkan kesadaran
bagi kalangan mahasiswa bahwa tugas itu harusnya dikerjakan sebelum deadline
yang diberikan dosen terhadap mahasiswanya, mahasiswa hendaknya mengerjakan
tugas sebelum waktu deadline lama agar tugas tersebut maksimal dengan sumber
yang terpercaya. (b) Malas membaca buku, bahwa disini perlu adanya kesadaran
kalangan mahasiswa untuk lebih membuka mata mereka bahwa banyaknya buku yang
mereka baca akan semakin banyak pengetahuan yang mereka miliki. (c) Ketiadaan
bahan materi yang terpercaya atau terbatas dan sulit dicari, bahan materi yang
mereka cari pasti ada dalam buku tertentu namun, kebiasaan yang lebih praktis
menghentikan langkah mereka untuk mencari buku yang ada. (d) Mahasiswa sekarang
suka yang instan-instan, kebiasaan ini yang sulit dihilangkan karena internet
sudah menjadi teman hidup untuk mereka karena apapun maslahnya pasti internet
dapat memberikan solusi entah itu sumber terpercaya maupun tidak. (e) Copy paste dari internet lebih cepat dan
mudah, internet menyediakan layanan untuk kalangan mahasiswa mengambil yang ada
di internet, layanan tersebut dimaksimalkan oleh kalangan mahasiswa. (f) Motif
kemalasan mahasiswa yang ingin mengerjakan berbagai tugas secara praktis, tanpa
perlu berfikir panjang lebar, disini kalangan mahasiswa dilatar belakangi tugas
mahasiswa yang banyak dan mahasiswa itu ingin secara langsung ingin mengerjakan
tugas sekaligus agar cepat selesai dan praktis.
Cara mengatasi kebiasaan copy paste di kalangan mahasiswa seperti dengan membiasakan diri
membaca baik itu dari sumber buku atau internet kemudian diuraikan menggunakan
kata-kata sendiri, tidak selalu bergantung pada kebiasaan copy paste, internet dihapuskan, memberikan kesadaran bahwa copy paste merugikan orang lain dan
tidak menghargai karya orang tersebut, kesadaran diri untuk mengeluarkan
pendapat sendiri, bukan pendapat orang lain di internet, ada software
pendeteksi adanya copy paste agar
mahasiswa jera, teknik copy paste
ditiadakan, menyediakan bahan yang cukup untuk mengerjakan tugas, dengan
memfasilitasi buku-buku yang mendukung sehingga memudahkan mahasiswa, memberikan
reward bagi mahasiswa yang tidak melakukan copy
paste, peraturan dosen yang jelas dan tegas tentang copy paste.
Teori
yang Mendasari Perilaku Plagiarisme atau Copy
Paste
Jika dilihat dari perspektif sosiologi, tindakan plagiarisme dari
internet di kalangan mahasiswa dapat dikategorikan ke dalam teori tindakan atau
teori interaksionisme simbolik. Teori
tindakan atau teori interaksionisme simbolik adalah suatu teori sosiologi yang
menekankan pada struktur teori struktural konsensus dan juga teori struktural
konflik, telah mengabaikan proses interpretatif di mana individu secara aktif
mengkonstruksikan tindakan-tindakannya dan proses interaksi di mana individu
menyesuaikan diri dan mencocokkan berbagai macam tindakannya dengan mengambil
peran dan komunikasi simbol (Johnson 1986:37, dalam Jones 2009).
Menurut Jones (2009), hampir semua tindakan manusia adalah sukarela
atau voluntary. Mereka memutuskan
apa yang mereka lakukan sesuai dengan interpretasinya mengenai dunia di
sekelilingnya. Tindakan adalah bentuk penjabaran dari keputusan untuk
bertindak, yang merupakan buah dari pemikiran. Dalam kasus ini, plagiarisme
dengan copy paste dari internet merupakan suatu bentuk dari tindakan. Mahasiswa
sepenuhnya sadar akan perbuatan plagiarisme dari internet dan juga apa saja
yang akan menjadi konsekuensi jika melakukannya. Hal itu membuktikan tindakan
plagiat mahasiswa merupakan keputusan diri mereka sendiri dengan
mempertimbangkan berbagai aspek. Mahasiswa melakukan plagiarisme untuk mencapai
tujuan yang telah mereka tetapkan sebelumnya, misalnya untuk mendapat nilai
yang baik dari dosen.
Selain dapat dikategorikan ke dalam teori tindakan atau teori
interaksionisme simbolik, tindakan plagiarisme juga dapat dimasukkan ke dalam
teori struktural konflik. Menurut Damsar (2011), konflik akan terus ada selama
elemen-elemen yang ada di masyarakat memiliki motif, maksud, kepentingan, atau
tujuan yang berbeda. Di dalam konteks perilaku plagiarisme, elemen masyarakat
yang dimaksud adalah mahasiswa. Setiap mahasiswa menjalani kehidupan
akademiknya dengan caranya masing-masing. Seperti halnya elemen masyarakat yang
lain, antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lain juga memiliki motif, maksud
kepentingan, atau tujuan yang berbeda.
Perilaku plagiarisme dengan cara copy-paste yang dilakukan
oleh beberapa kalangan mahasiswa merupakan salah satu bentuk proses untuk
mencapai tujuan maupun kepentingan dari mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa
melakukan plagiarisme dengan tujuan mendapat nilai yang bagus dengan waktu yang
singkat dan tidak perlu bersusah-payah untuk berpikir. Meskipun pada akhirnya
melakukan plagiarisme, sebenarnya sebelum melakukan hal tersebut mahasiswa
memiliki konflik batin tersendiri. Konflik batin tersebut timbul karena di sisi
lain mahasiswa ingin mengerjakan suatu tugas dengan kemampuannya sendiri namn
di sisi lain keadaan tidak mendukung maupun tenggat waktu yang diberikan dosen
relatif singkat. Tidak semua mahasiswa melakukan plagiarisme karena memang
adanya perbedaan prinsip. Perbedaan prinsip ini juga dapat menimbulkan konflik
baru antara mahasiswa plagiat dengan mahasiswa non-plagiat.
Kualitas
Membuktikan
Dari segi
kualitas, tentu terdapat perbedaan antara tugas akademik atau karya ilmiah mahasiswa
yang tidak melakukan tindakan plagiarisme atau copy paste dari internet, dengan tugas kuliah akademik atau karya
ilmiah mahasiswa yang melakukan tindakan plagiarisme. Selain perbedaan sumber
referensi yang digunakan, tentu terdapat perbedaan-perbedaan lain yang cukup
terlihat jelas.
Perbedaan
tugas akademik atau karya ilmiah mahasiswa yang melakukan plagiarisme dari
internet dengan tidak melakukan plagiarisme dapat diketahui dengan cara, pertama
adanya perbedaan dalam isi teks seperti gaya bahasa, ejaan, tanda baca, hingga
adanya kalimat yang tidak lengkap penulisannya.
Kedua
tugas akademik atau karya ilmiah mahasiswa yang melakukan plagiarisme cenderung
memiliki kualitas lebih baik. Berbeda dengan mahasiswa yang melakukan tindakan
plagiarisme, hasil tugas mahasiswa yang tidak melakukan tindakan plagiarisme
atau copy paste dari internet pasti
terdapat kata-kata umum yang memang wajar dan sering digunakan mahasiswa pada
umumnya. Selain itu, kualitas tulisan yang mahasiswa buat tanpa melalukan
plagiarisme cenderung memiliki standar kenaikan yang bertahap.
Ketiga
sering
kali mahasiswa yang mengerjakan tugas dengan melakukan plagiarisme menulis pernyataan
yang tidak didukung oleh bagian teks lainnya, misalnya terdapat kata-kata
“seperti kita dapat amati dalam tabel dibawah ini” sementara tabelnya sendiri
tidak ada. Kelalaian seperti ini terjadi karena mereka cenderung menyelesaikan
tugas dengan prinsip “asal jadi” dan cepat selesai. Berbeda dengan tugas mahasiswa
yang tidak melalukan plagiarisme. Ia akan cenderung lebih hati-hati karena menulis
dengan gaya bahasa dan pemikiran yang benar-benar matang.
Keempat
perujukan yang tidak memadai atau tidak sejalan dengan rincian yang muncul di
dalam naskah. Hal ini terjadi dalam tugas yang diselesaikan oleh mahasiswa yang
melakukan tindak plagiarisme. Karena mereka malas melakukan pengutipan yang
benar dalam mengutip kalimat orang lain, mereka asal copy paste sehingga adanya ketidak cocokan antara yang ditulis
dalam kutipan dan daftar pustaka atau bahkan sering tidak ditulis kutipannya.
Sedangkan tugas yang diselesaikan mahasiswa yang tidak melakukan plagiarisme,
mereka akan lebih teliti dalam melakukan pengutipan supaya tidak melakukan hal
plagiat.
Dampak
yang terjadi bagi mahasiswa yang melakukan plagiarisme dan tidak melakukan
plagiarisme dapat dilihat dari mahasiswa yang melakukan plagiarisme cenderung
memiliki kebiasaan malas, ingin cepat, praktis dan “asal jadi”. Hal ini akan berdampak
buruk bagi mereka ketika membuat skripsi kedepannya. Dengan kebiasaan plagiat,
mereka akan sulit mengeluarkan kata-kata sendiri. Potensi yang mereka miliki
akan semakin tertutup dan sulit berkembang. Walaupun sebenarnya mereka bisa
mengerjakan tugas dengan karya sendiri, namun dengan dimanjakannya kebiasaan
buruk yaitu malas dan ingin praktis, maka mahasiswa tersebut akan semakin
dibodohi oleh tindakan plagiarisme mereka. Bagi mahasiswa yang tidak melakukan plagiarisme,
dengan kebiasaan mereka yang senang menggunakan kata-kata berdasarkan pemikiran
sendiri atau mengutip dengan aturan yang benar, hasil karya mereka akan lebih
dihargai orang lain daripada hasil karya orang yang melakukan plagiarisme.
Penutup
Kemajuan zaman
yang disertai dengan kemudahan dalam mengakses internet membuat mahasiswa
seolah-oleh dimanjakan dengan hal tersbut. Tindak Plagiarisme dengan cara copy paste dari internet dalam
mengerjakan tugas pun menjadi budaya dan sebuah kebiasaan yang berkembang
dikalangan mahasiswa. Budaya copy paste juga menjadi ciri hilangnya kejujuran mahasiswa dalam
mengerjakan tugas akademik yang diberikan oleh dosen. Dengan mudahnya,
mahasiswa mencari apa yang mereka butuhkan di internet, kemudian mereka akui hal
tersebut sebagai karya hasil diskusinya. Setelah ditelaah, tindakan ini ternyata
didasari karena banyak faktor, mulai dari (1) motif kemalasan mahasiswa, (2) deadline tugas yang terlalu cepat, (3) hilangnya
budaya membaca dikalangan mahasiswa, (4) bahkan keterbatasan dan
ketidaktersediaan bahan materi yang terpercaya.
Sebenarnya
ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebiasaan mahasiswa
dalam melakukan tindakan plagiarisme atau copy
paste terutama dari internet, mulai dari (1) kesadaran mahasiswa untuk membiasakan
diri membaca, baik itu dari sumber buku atau internet dan kemudian diuraikan
menjadi kata-kata sendiri (2) adanya aturan yang lebih jelas dan tegas dari
dosen mengenai mahasiswa yang melakukan tindakan plagiarisme atau copy paste dari internet, (3) hingga
adanya software pendeteksi adanya
tindakan plagiarisme atau copy paste
agar mahasiswa yang melakukan tindakan tersebut menjadi jera.
Selain cara-cara
tersebut, universitas sebagai penyedia layanan pendidikan dimana mahasiswa
menuntut ilmu, hendaknya juga berperan aktif dalam menangani dan mengurangi
masalah tindak plagiarisme dan copy paste
yang dilakukan mahasiswa. Sudah selayaknya universitas menyediakan bahan-bahan
yang cukup untuk mengerjakan tugas, dengan memfasilitasi buku-buku yang
mendukung bidang akademik mahasiswa sehingga dapat memudahkan siswa. Namun,
cara-cara tersebut tidak akan berjalan dengan efektif apabila mahasiswa sebagai
pelaku tidam mau merubah dirinya. Perlu adanya kesadaran dari mahasiswa itu
sendiri mengenai bahaya panjang yang akan ditimbulkan terutama apabila dalam
pengerjaan tugas akademik mahasiswa hanya bergantung dan mengandalkan internet
sebagai bahan referensi.
Tindakan plagiarisme
baik seluruh maupun sebagian apalagi yang dilakukan dari internet atau
sumber-sumber yang tidak dapat dipercaya kualitasnya, merupakan suatu hal yang
tidak baik dan tidak benar, karena dapat merugikan mahasiswa itu sendiri baik
saat ini maupun kedepannya.. Sudah selayaknya mahasiswa sebagai kaum
intelektual lebih cermat dalam memilih sumber-sumber terpercaya sebagai bahan
yang digunakan untuk menyelesaikan tugas akademik maupun karya ilmiahnya.
Daftar Pustaka
Damsar.
(2011). Pengantar Sosiologi Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Grup.
Herqutanto.
(2013). Plagiarisme, Runtuhnya
Tembok Kejujuran Akademik. Diunduh dari http://journal.ui.ac.id/index.php/eJKI/article/viewFile/1589/1335 pada
24 April 2015.
Jones,
Pip. (2009). Pengantar Teori-Teori
Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Wulandari,
Desi. (2011). Budaya Copy Paste Mahasiswa.
Diunduh dari http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/02/12/136770/Budaya-Copy-Paste-Mahasiswa
pada 24 April 2015.
Zalnur, Muhammad. (2012).
Plagiarisme di Kalangan Mahasiswa dalam Membuat
Tugas-Tugas Perkuliahan pada Fakultas Tarbiyah Iain Imam Bonjol Padang. Diunduh dari http://journal.tarbiyahiainib.ac.id/index.php/attalim/article/view/6 pada 24 April 2015.
How to Bet Football | The King Of Dealer
BalasHapusHow to Bet Football · First let's look at the current football 카지노 사이트 season. Football is considered the kirill-kondrashin very best-known team to spread a