Kamis, 29 Oktober 2015

Posted by Unknown
No comments | 01.10
PERMAINAN TRADISIONAL DAN MEDIA SEDERHANA

Abela Oktoviyani, Debby Indria Lestari, Dian Bela Fitri Utami*,
Finita Prima Ariesta, dan Muhammad Nur Alam
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang


Abstrak
Masa anak-anak adalah masa paling menyenangkan, dimana mereka disuguhkan dan dimanjakan dengan berbagai permainan yang menarik. Artikel ini membahas tentang permainan dan media sederhana yang terancam dikesampingkan dengan permainan zaman sekarang yang serba instan dan canggih. Contoh permainan yang paling sederhana yaitu permainan tradisional dimana kesederhanaan itu bias dilihat dari aspek media yang mudah didapat, mudah untuk membuatnya serta cara bermainya yang tidak terlalu rumit yang memiliki banyak manfaat bagi anak-anak di Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana pentingnya melestarikan permainan sederhana seperti permainan trdisional dalam kehidupan di era modern ini, salah satunya memanfaatkan permainan tradisional dalam membangun karakter anak. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena perubahan aktivitas bermain anak saat ini, yang lebih sering bermain permainan modern yang identik dengan penggunaan teknologi seperti video games dan games online. Akibatnya, permainan anak tradisional mulai terlupakan dan menjadi asing di kalangan anak-anak. Selain itu, tingkat kecanduan terhadap permainan modern pada anak juga tinggi sehingga berpengaruh pada kebiasaan dan perilaku anak. Tulisan berdasarkan studi pustaka ini menguraikan contoh aplikasi permainan dan media sederhana yang tertuang dalam permainan tradisional Indonesia serta dampak yang terjadi ketika mulai munculnya games dalam gadget / tablet sehingga menyebabkan kecanduan bermain games tersebut yang berakibat pada karakter pada diri anak. Mengembalikan permainan anak tradisional sebagai permainan anak-anak saat ini dapat menjadi suatu alternatif untuk menciptakan generasi berkarakter unggul.

Kata kunci : Anak; Karakter; Permainan Modern; PermainanTradisional

Pendahuluan
Permainan sederhana merupakan permainan yang tidak memerlukan banyak biaya, tidak membutuhkan banyak peralatan tetapi tetap menyenangkan. Permainan tradisional adalah suatu jenis permainan sederhana yang ada pada suatu daerah tertentu yang berdasarkan kepada tradisi dan budaya daerah tersebut. Permainan tradisional menjadi salah satu warisan budaya Indonesia, karena tidak hanya untuk bersenang-senang namun didalamnya terkandung beragam manfaat bagi pertumbuhan anak. Khususnya bagi perkembangan pertumbuhan seorang anak, dengan memainkan permainan tradisional secara tidak langsung anak dapat mempelajari pengetahuan, melatih kemampuan motorik, serta melestarikan budaya daerahnya sendiri.
Permainan tradisional yang dimiliki Indonesia ada bermacam-macam, tergantung dimana letak daerahnya, letak geografisnya, serta tradisi dan budaya yang berlaku di daerah-daerah. Misalnya permainan tradisional yang terdapat di Jawa Barat akan berbeda dengan permainan tradisional yang terdapat di daerah kalimantan timur dan daerah lainnya. Meskipun terdapat permainan yang sama, tetapi tradisi, budaya, dan keadaan sosial masyarakatnya pasti berbeda sehingga akan mempengaruhi tata cara permainannya juga. Sampai  sekarang  belum  ada  keterangan pasti yang menunjang sejak kapan manusia  mengenal permainan.  Namun  pada  intinya  permainan merupakan  bagian  dari  tingkah  laku  manusia  yang  juga  merupakan  bagian  dari kebudayaan. Dengan demikian pengertian tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa lahirnya permainan tradisional anak adalah seiring lahirnya kebudayaan.
Dibandingkan dengan permainan modern, pada zaman dahulu belum terlalu berkembang adanya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia  setelah merdeka terbagi menjadi dua dekade. Pada dekade pertama, yaitu tahun 1945-1960, bangsa Indonesia mulai mengerti arti teknologi produksi, walaupun masih dalam tingkat pasif dan penuh ketergantungan pada pihak luar negeri. Hasil dari pengenalan ilmu pengenalan teknologi untuk pertama kali yaitu pembangunan pabrik semen di Gresik, pabrik kertas di blabak (Magelang), pabrik gelas, dan kosmetik di Surabaya di pertengahan dekade 1950an. Padadekade ke-2 yaitu pada tahun 1976 dengan mendirikan pabrik pesawat terbang di Bandung yang di beri nama industry pesawat terbang NUR TANIO (IPTN) yang menggunakan teknologi yang lebih canggih lagi. Teknologi dari pabrik pesawat terbang ini mengacuh pada teknologi di Jerman. Jadi, pada zaman penjajahan mau pun setelah kemerdekan, perkembangan IPTEK hanya seputar untuk keperluan produksi dan pada zamannya masyarakat belum mengembangkan teknologi tersebut menjadi sebuah pembaharuan dalam permainan. Sehingga di waktu yang lampau permainan tradisional lebih dominan dan menjadi sebuah tradisi dimana permainan yang ada harus disampaikan secara turun temurun dan di dalam permainan tersebut terkadung filosofis yang bermakna.
Namun kini perkembangan zaman telah membuat orang-orang terlarut dalam era modernisasi dimana segala hal yang berhubungan dengan teknologi sangat diminati. Kebanyakan masyarakat mulai tergiur dan mengikuti perkembangan zaman, sama halnya dengan anak-anak yang mulai meninggalkan permainan tradisional karena lebih memilih permainan yang lebih praktis dan canggih seperti Play Station, Game Online, dan lain sebagainya yang justru terkadang berdampak negatif bagi perkembangan kepribadian mereka dan pembentukan karakter anak. Pilihan anak ini juga karena dukungan dari orang tua, yang menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh anaknya. Orang tua tidak lagi memperkenalkan permainan yang dimainkannya dulu waktu mereka kecil kepada anak-anaknya. Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, permainan digital berdampak buruk pada anak. Di berbagai media baik cetak maupun elektronik saat ini, marak diberitakan tentang berbagai dampak permainan digital pada anak, khususnya games online. Anak yang bermain gamesonline tanpa adanya kontrol, khususnya dari orang tua, cenderung mengalami kecanduan. Akibatnya, sebagian besar waktu anak digunakan untuk bermain games online.
Game modern juga dapat memacu anak untuk untuk melakukan tindak kriminal, seperti yang terjadi di Bandung tahun 2005, seorang mahasiswa Universitas Maranatha tewas ditikam temannya sendiri akibat kalah bermain PS.
“Krisna Cahyadi (19), mahasiswa ekonomi angkatan 2004 Universitas Maranatha, ditemukan sudah menjadi mayat di tempat kosnya, di lantai 3 kamar C-20 Tulip Home Jln. Babakan jeruk IV No. 30 Kota Bandung, Kamis (1/12) sekira pukul 13.30 WIB. Dalam pemeriksaan awal, tersangka mengaku menghabisi nyawa korban karena kalah judi bola dan bermain Play Station dengan korban (Tanoker, 2013).
Dengan adanya kasus tersebut menjadikann orang tua merasa khawatir, dan lebih waspada dalam mengawasi anaknya dalam bermain games modern ini. Pelestarian permainan tradisional dalam hal ini, dipandang sebagai sebuah upaya counter globalisasi permainan modern. Sebuah permainan akan sangat besar pengaruhnya terhadap pembinaan budaya anak-anak dalam masyarakat. Artinya bahwa anak-anak lebih bisa menerima dengan cepat suatu pengetahuan melalui permainan. Sebab dalam permainan anak terkandung nilai-nilai pendidikan yang tidak secara langsung terlihat nyata, tetapi terlindung dalam sebuah simbol. Nilai-nilai tersebut memiliki banyak dimensi , antara lain rasa kebersamaan, kejujuran, kedisiplinan, sopan-santun dan aspek-aspek kepribadian yang lain atau bahkan mengandung nilai kekerasan  (Tanoker, 2013).
Permainan Tradisional Sebagai Media Pembelajaran
   Permainan merupakan sesuatu yang digunakan untuk bermain.  Permainan berasal dari kata “main” yang artinya melakukan suatu kegiatan untuk menyenangkan hati baik dengan menggunakan alat maupun tidak. Di Indonesia, permainan anak terdiri dari permainan tradisional dan permainan modern  (Lestari, 2014).
Permainan rakyat merupakan asset budaya yang tidak ternilai harganya. Keberadaanya saat ini mulai tersisih dengan hadirnya media-media permainan yang lebih menarik mata ketimbang permainan rakyat yang menstimulus imajinasi dan menjanjikan keharmonisan lingkungan sosial. Permainan rakyat yang selama ini kita kenal pada masa kecil ternyata secara tidak langsung telah mendidik dan menuntun kita untuk menjadi pribadi yang unggul. Permainan rakyat yang sarat dengan nilai sosial dan sportifitas tersebut,   akan membentuk kebiasaan seorang anak untuk menentukan sikap dalam menghadapi masa depannya (Wardani, 2010)
Media permainan tradisional (penggunaan media sederhana) pada Pembelajaran merupakan alat yang digunakan untuk membantu mengungkap gejala dan menanamkan konsep sains dengan perlakuan (treatment) tertentu. Adapun alat yang digunakan dalam mengungkap gejala dan menanamkan konsep sains di sini terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari alat taradisional yang dijadikan permainan tardisional anak dari masa kemasa, yang ada kaitannya dengan Pembelajaran. Pada dasarnya bahwa anak sekolah dasar merupakan dunia bermain yang merupakan kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Filsuf Yunani, Plato, yang merupakan orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain dimana anak-anak akan lebih mudah mempelajari aritmatika melalui situasi bermain (Arif, 2013).
Permainan dapat menimbulkan kegiatan belajar yang menarik, dapat menumbuhkan semangat belajar terutama bagi anak pada usia masa perkembangan, dan dapat dijadikan media dalam kegiatan belajar di sekolah. Permainan dalam proses pembelajaran dapat mencapai tujuan kognitif, menambah motivasi dan menambah keterampilan siswa dalam belajar, Permainan belajar (learning game) yang menciptakan atmosfer mengembirakan dan membebaskan kecerdasan penuh dan tidak terhalang dapat memberikan banyak sumbangan. Melalui permaianan jika dimanfaatkan secara baik dapat: (1) Menyingkirkan “keseriusan” yang menghambat, (2) Menghilangkan setres anak dalam lingkungan belajar, (3) Mengajak peserta didik terlibat penuh dalam belajar, (4) Meningkatkan proses belajar (Arif, 2013).
Perubahan Sosial Dalam Permainan Tradisional.
Didalam ilmu sosial, perubahan dalam masyarakat adalah suatu hal yang pasti, tidak ada di dunia ini yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Begitupun dalam konteks permainan tradisional, zaman sekarang sudah dominan melakukan apapun dengan menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan dalam bidang teknologi biasanya lebih dikenal dengan istilah modernisasi. Modernisasi merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan keadaan dimana manusia meninggalkan alat-alat tradisional ke alat-alat yang lebih modern untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari.Kemajuan teknologi juga merembet masuk ke permainan anak-anak, misalnya permaianan playstation, danpermainan pada personal computer. Untuk menikmati permainan tersebut, anak-anak tidak perlu pergi kelapangan bola, berlari-lari ditepi sungai, serta melompat kekolam untuk mengambil  kelereng yang tercebur kekolam. Mereka hanya cukup duduk didepan monitor, dengan ditemani  stick atau mouse  sebagai tongkat untuk menjalankan permainan modern tersebut.
Perubahan permainan tradisional ke permainan modern merupakan bentuk dari pergeseran nilai-nilai yang diajarkan pada generasi bangsa tersebut. Permainan yang dulunya sangat populer dikalangan anak-anak sekolah dasar seperti kelereng, engklek, congklak, gobak sodor, lompat tali dll,tidak lagi ditemui dikalangan anak-anak zaman sekarang.  Setelah era modernisasi dimulai, permainan ini seakan hilang ditelan bumi. Perkembangan warnet, game playstation, maupun permainan pada Personal Computer membawa guncangan perubahan terhadap permainan tradisional tersebut, padahal permainan modern seperti playstation ini tidak mengajarkan anak untuk berinteraksi dan bekerja sama dalam kelompok, sedangkan permainan tradisional  mendidik anak-anak untuk saling bekerjasama, berinterkasi, serta jujur dalam permainan.
Seorang sosiolog, William F Ogburn dalam Arafat, mengatakan bahwa perubahan sosial dalam masyarakat mencakup dua aspek kebudayaan, yaitu kebudayaan materill dan kebudayaan non-materil. Kebudayaan materil merupakan segala kebudayaan yang berbentuk benda, seperti pekembangan teknologi informasi dalam masyarakat, ahli ini juga berpendapat bahwa perubahan pada kebudayaan materil harus diimbangi dengan non-materil (nilai, norma, dan pola prilaku), jika perubahan kebudayaan materil tidak diimbangi oleh kebudayaan non-materil, maka akan terjadi ketegangan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, modernisasi tidak diimbangi oleh nilai-nilai luhur bangsa, maka sedikit banyaknya akan mengubah perilaku individu atau kepribadian bangsa tersebut kearah yang tidak diinginkan.Perubahan itu pasti, serta sulit untuk dibendung, jika stakeholder-stakeholder yang ada didalam masyarakat hanya menunjukan “mati suri”. Sikap preventif dari pemerintah, tokoh adat, serta tokoh agama sangat diperlukan agar perubahan ini tidak terlalu jauh membawa efek negatif, jiak tidak akan merusak nilai-nilai luhur bangsa Indonesia (Arafat, 2013).
Hasil Penelitian
Dalam bab ini peneliti akan membahasa tentang penelitian terhadap para mahasiswa yang ada di UNNES tentang minat terhadap permainan tradisional dan media sederhana. Seperti kita ketahui, saat ini jarang sekali mahasiswa yang tidak memiliki gadget, hampir mayoritas mahasiswa lebih bersahabat dengan gadget nya untuk bermain games. Melalui penelitian ini, kita akan mengetahui seberapa penting permainan tradisional di bandingkan dengan permainan modern. Kita memberikan kuisioner kepada 13 Mahasiswa UNNES, kuisioner tersebut berisi pertanyaan sebagai berikut : (1)  Manakah yang lebih anda sukai, bermain dengan permainan tradisional atau permainan modern seperti yang terdapat dalam gadget? (2) Menurut anda permainan tradisional sebaiknya dihilangkan atau tetap dipertahankan?  (3)  jenis permainan tradisional yang masih saat ini masih berkesan dalam hidup anda?
Dari kuisioner tersebut, kami dapat memperoleh hasil sebagai berikut: Pertama,   sepuluh dari 13 mahasiswa  menjawab bahwa mereka lebih memilih permainan Tradisional. Karena menurut ke sepuluh mahasiswa tersebut, permainan tradisional memberikan dampak baik, seperti kekeluargaan dan kasih sayang, serta kebersamaan. Permainan tradadisional juga tidak menyebabkan kemalasan. Manfaat dari permainan tradisional pun sangat banyak, terutama dapat menungkatkan kecerdasan otak, selain fisik yang ikut berperan, otak pun dapat terasah. Dengan keanekaragaman jenis permainan tradisional, sebisa mungkin permainan tersebut harus dipertahankan,  karena sebagai upaya dalam melestarikan budaya yang ada di Indonesia. Disamping itu budaya anak-anak akan lebih berkesan jika permaina diakukan secara bersama-amama. Sehingga anak-anak tidak mempunyai sifat individualis . Jika dilihat dari segi kesehatan, permainan modern dapat merusak kesehatan mata dan otak dalam usia dini. Mereka sangat terkesan dengan jenis permainan seperti, sundamanda/engklek, gobak sodor, petak umpet, lompat tali, damdaman, congklak.
Kedua, dua mahasiswa memilih permainan modern dibandingkan dengan permainan tradisional. Mereka menganggap games yang terdapat dalam gadget lebih praktis, lebih canggih, dan lebih mudah dibawa kemana-mana. Mereka berfikir bahwa di perkembangan zaman sekarang diwajibkan untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi dan memanfaatkannya semaksimal mungkin. Namun mereka juga berpendapat agar permainan tradisional tetap dipertahankan karena permainan tersebut merupakan tradisi yang turun temurun dan sayang jika dihilangkan/punah. Mereka sadar jika permainan tradisional adalah salah satu kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia.
Ketiga, satu mahasiswa berpendapat bahwa di era sekarang penggunaan permainan tradisional dan modern disesuaikan oleh usia, misalnya usia masa kecil  belum pantas disuguhi dengan gadget. Sedangkan untuk masa dewasa jika harus memainkan permainan tradisional maka akan kurang sesuai jika dilihat dari segi  usia. Namun fenomena yang ada anak kecil yang seharusnya bahagia dengan teman sebayanya, kenyataannya cinderung bersifat individualis karena disuguhi gadget sejak dini.
Berdasarkan hasil kuisioner tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa permainan tradisional dan media sederhana wajib kita pertahankan, meskipun di era sekarang lebih trend dengan penggunaan gadget. Permainan tradisional adalah salah satu identitas yang dimiliki oleh Indonesia, dan kita harus berusaha untuk melestarikanya agar setiap masyarakat dari Sabang sampai Merauke dapat mengenal identitas yang dimiliki oleh setiap daerah agar tidak direbut oleh negara lain.
Upaya-Upaya yang bisa dilakukan dalam melestarikan dan mempertahankan Permainan sederhana (tradisional) di tengah maraknya penggunaan gadget. Hal tersebut dapat dilakukan oleh beberapa pihak mulai dari pihak keluarga, sekolah ataupun masyarakat luas. Secara umum upaya-upaya untuk melestarikannya dapat dilakukan dengan cara : (a) mengenalkan kepada anak-anak permainan tradisional. Disini peran orang tua sangatlah penting dalam mengawasi anak-anaknya dalam bermain, orang tua harus mengajarkan betapa pentingnya kita melestarikan budaya kita dengan bermain permainan yang tradisional, dan menjelaskan dampak buruk jika kita hanya dominan dengan permainan modern.  (b) membuat permainan tradisonal menjadi menarik sehingga dapat memikat anak, (c) memberikan pembelajaran cara bermain, dan membuat mainan tradisional, (d) mengadakan pameran mainan tradisional, (e) mengadakan workshop pelatihan permainan tradisional, (f) upaya selanjutnya yaitu dilingkungan kita (kampus), seperti memasukkan permainan tradisional dalam mata kuliah di Fakultas Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Nama mata kuliah ini yaitu Tradisional Sport. dalam mata kuliah ini, dosen memberikan penjelasan tentang permainan tradisional, mahasiswa di tugaskan untuk mempraktekan setiap permainan tradional yang diajarkan (Aris , 2015). Pada tanggal 30 April 2015, kami melakukan wawancara dengan salah satu dosen FIK bernama Pak Aris. Beliau mengatakan sebagai berikut: “Kebetulan saat ini Fakultas Ilmu Keolahragaan kedatangan mahasiswa dari Thailand. Disini moment yang sangat tepat untuk memperkenalkan permainan tradisional kepada Mahasiswa Thailand sebagai apresiasi budaya Indonesia” (Aris, 2015)
Selain di FIK, Fakultas Ilmu Pendidikan juga terdapat Jurusan PG PAUD, yang materinya juga mengenai permainan tradisional.
Filosofi dan Teori yang Mendasari Permainan Tradisional dan Media Sederhana.
   Jika dilihat dali filosofinya, Permainan tradisional adalah permainan yang lahir disuatu masyarakat dan daerah yang menjadi ciri khas daerah dan masyarakat tersebut. Setiap permainan tradisional memiliki filosofi contohnya seperti permainan Gobak Sodor. Gobak Sodor sebenarnya berasal dari kata “Go Back Sift Door” lahir  pada zaman jajahan Belanda (Aris, 2015). Permainan ini sangat menarik, menyenangkan sekaligus sangat sulit, karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika di perlukan untuk meraih kemenangan. Nilai spiritual dalam permainan gobak sodor selain kebersamaan, kita juga bisa belajar kerjasama yang kompak antara satu penjaga dan penjaga lain agar lawan tidak lepas kendali untuk keluar dari kungkungan kita. Di pihak lain bagi penerobos yang piawai, disanan masih banyak pintu-pintu yang terbuka apabila satu celah dirasa telah tertutup. Jangan putus asa apabila ada pintu satu yang dijaga, karena masih ada pintu lain yang siap menerima kedatangan kita, yang penting kita mau berusaha dan bertindak segera. Ingatlah bahwa peluang selalu ada, walaupun terkadang nilai probabilitasnya sedikit (Kaskus, 2010)
   Selanjutnya ada sebuah filosofi sederhana namun sarat makna dari permainannya, yaitu Congklak. Dalam congklak terdapat 7 lubang dimasing-masing sisi, dan masing-masing berisi 7 biji. Tujuh adalah jumlah hari dalam satu minggu. Jumlah biji yang ada pada lubang kecilpun sama. Artinya tiap orang mempunyai jatah waktu yang sama dalam seminggu, yaitu 7 hari. Ketika biji diambil dari satu lubang, ia mengisi lubang yang lain, termasuk lubang induknya. Pelajaran dari fase ini adalah tiap hari yang kita jalani, akan mempengaruhi hari-hari kita selanjutnya, dan juga hari-hari orang lain. Apa yang kita lakukan hari ini menentukan apa yang akan terjadi pada masa depan kita. Apa yang kita lakukan hari ini, bisa jadi sangat bermakna pula bagi orang lain. Biji diambil, kemudian diambil lagi, juga berarti bahwa itu harus memberi dan menerima. Tidak bisa mengambil terus apabila tidak memberi. Biji diambil satu persatu, tidak boleh semua sekaligus. Maksudnya, kita harus jujur untuk mengisi lubang kita. Kita harus jujur mengisi hidup kita. Satu persatu, sedikit demi sedikit, asalkan jujur adan baik, lebih baik dari pada banyak namun tidak jujur. Satu persatu bji yang diisi juga bermakna bahwa kita harus menabung tiap hari untuk hari-hari berikutnya. Kita juga harus mempunyai “simpanan/tabungan”, yaitu biji yang berada dilubang induk. Strategi diperlukan dalam permainan ini agar biji kita tidak habis diambil lawan. Hikmahnya adalah hidup ini adalah persaingan, namun bukan berarti kita harus bermusuhan. Karena tiap orang juga mempunyai kepentingan dan tujuan yang (mungkin) sama dengan tujuan kita, maka kita harus cerdik dan strategis. Pemenang adalah yang jumlah biji di lubang induknya paling banyak, maksudnya adalah mereka yang menjadi pemenang/mereka yang sukses adalah mereka yang paling banyak amal kebaikannya. Mereka yang banyak tabungan kebaikannya, mereka yang menabung lebih banyak, dan mereka yang tahu strategi untuk mengumpulkan rezeki (Kaskus, 2010)
Jika dilihat dari  perspektif sosiologi, hubungan-hubungan yang terdapat dalam permainan tradisional dan media sederhana dikalangan masyarakat dapat dikategorikan kedalam Teori Struktural Konsensus. Salah satu cara sosiologi menjelaskan keteraturan dan memprediksi kehidupan sosial adalah dengan memandang perilaku manusia sebagai perilaku yang dipelajari. Proses kunci yang ditekankan teori ini disebutsosialisasi. Istilah ini merujuk kepada cara dimana manusia mempelajari perilaku tertentu yang diharapkan dari mereka diwujudkan dalam latar sosial dimana mereka menemukan diri mereka sendiri (Jones, 2009).
   Menurut Jones (2009), Para sosiologi yang menganut teori konsensus menggunakan istilah kebudayaan untuk menguraikan aturan-aturan yang mengatur pikiran dan kelakuan dalam suatu masyarakat. Kebudayaan ada sebelum manusia mempelajarinya. Ketika lahir, manusia dihadapkan dengan dunia sosial yang sudah ada. Hidup didunia ini berarti belajar “bagaimana melakukan segala sesuatu”. Hanya dengan mempelajari aturan aturan kebudayaan suatu masyarakat dapatlah manusia berinteraksi dengan manusia lain. Karena mereka sama-sama disosialisasikan, orang-orang berbeda akan berperilaku sama. Dalam kasus ini, permainan tradisional merupakan suatu permainan yang sudah muncul sejak dahulu  yang menjadi kebudayaan dimasing-masing daerah. Seperti kita ketahui,  bermain cara tradisional ini melibatkan banyak orang atau anggota sehinngga munculnya suatu proses sosialisasi. Mereka lebih bebas mengeskplorasikan kemampuan dirinya sendiri dalam bermain cara tradisional namun tetap berpegang teguh pada norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Dengan demikian menggunakan permainan tradisional akan menciptakan interaksi sosial yang aktif. Berbeda lagi dengan permainan masa kini, dimana mereka hanya fokus dengan Gadget nya tanpa memperhatikan kondisi dan situasi sosial di sekitarnya.
   Selain Teori Konsensus, munculah teori-teori baru tentang bermain, seperti teori psikonalisa dari Freud yang beranggapan bahwa bermain memegang peranan penting dalam perkembangan emosi anak karena memiliki efek katarsis yang dapat mengatasi pengalaman traumatik dan keluar dari rasa frustasi. Selanjutnya teori kognitif dari Piaget (1962) memandang bahwa saat bermain, anak tidak belajar sesuatu yang baru, melainkan belajar untuk mempraktekkan keterampilan yang baru diperoleh. Dengan bermain, anak akan mendapatkan peran yang sangat penting, yaitu mengembangkan aspek perkembangannya, seperti aspek fisik atau motorik, melalui permainan motorik kasar dan halus, kemampuan mengontrol anggota tubuh, belajar keseimbangan, kelincahan, koordinasi mata dan tangan, dan lain sebagainya, aspek sosial emosional dan aspek kognitif. Lev Vigotsky (1978) yang juga mengemukakan teori kognitif memandang bahwa bermain bersifat menyeluruh, selain untuk perkembangan kognisi, bermain juga mempunyai peran penting bagi perkembangan sosial dan emosi anak (Meriani, 2008).
Penutup
Permainan tradisional dan media sederhana adalah salah satu ciri khas dari bangsa Indonesia. Kita sebagai warga negara yang baik harus selalu mempertahankan setiap budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Setelah kita mengetahui betapa permainan modern sangat memiliki dampak besar bagi pribadi anak, kesehatan fisik, dan terhambatnya hubungan sosial dengan llingkungan sekitarnya kita harus bisa mengantisipasi dengan adanya hal tersebut
 Cara mempertahankannya mulai dari pihak keluarga dengan cara mengenalkan budaya permainan tradisional kepada anak. Orang tua harus mengawasi anak-anak nya agar tidak terlalu dominan dalam menggunakan gadget, karena gadget memiliki dampak yang sangat membahayakan terutama dari segi karakter anak. Tidak ada salahnya jika kita memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada, tetapi kita harus tetap bersikap selektif dan waspada. Sebisa mungkin kita harus memfilter  budaya gedget yang muncul di era globalisasi. Selain dari pihak keluarga, ada juga cara kita sebagai mahasiswa dalam rangka mempertahankan permainan tradisional, yaitu dengan cara membuat permainan tradisonal menjadi menarik sehingga dapat memikat anak, memberikan pembelajaran cara bermain, dan membuat mainan tradisional,  mengadakan pameran mainan tradisional, mengadakan workshop pelatihan permainan tradisional, upaya selanjutnya yaitu dilingkungan kita (kampus), seperti memasukkan permainan tradisional dalam mata kuliah di Fakultas Ilmu Keolahragaan, Dan Fakultas Ilmu Pendidikan (Jurusan PG PAUD ) Universitas Negeri Semarang.

Daftar Pustaka
Jones, Pip. (2009). Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Bahari, Hamid. (2013). Permainan-Permainan Perangsang Karakter Positif Anak. Yogjakarta: DIVA Press.
Wardani, Dani. (2010). 33 Permainan Tradisional yang Mendidik. Yogyakarta: Cakrawala.
Mariani, Devi Ari. 2008. Bermain dan Kreativitas Anak pada Usia Dini, (Online), (http://deviarimariani.wordpress.com/2008/06/12/bermain-dan-kreativitas-anak-usia-dini/) pada tanggal 28 April 2018.
Tanoker. (2013). Permainan Modern vs Permainan Tradisional . di unduh dari http://Permainan.Modern.vs.Permainan.Tradisional.(Case.Komunitas.Tanoker.Ledokombo.Kab.Jember-Peluang.Tantangan.dan.Strategi).com  pada 28 April 2015
Lestari, Yulia. (2014). Manfaat Permainan Tradisional Bagi Tumbuh Kembang Anak. Di unduh dari http://Manfaat.Permainan.Tradisional.Bagi.Tumbuh.Kembang.Anak_Hikashi.Aoi.Ryodan.com pada 28 April 2015.
Arafat, Yaser. (2013). Hilangnya EksistensiPermainanTradisionalditengah eraglobalisasi. Diunduhdarihttps://yasersosiolog.wordpress.com/2013/09/12/hilangnya-eksistensi-permainan-tradisional-ditengah-era-globalisasi/pada 28 Mei 2015
Arif, Moh. (2013). Dunia Pendidikan  PERMAINAN TRADISIONAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Di unduh dari Dunia http://Pendidikan.PERMAINAN.TRADISIONAL.SEBAGAI.MEDIA.PEMBELAJARAN.PADA.SISWA.SEKOLAH.DASAR_MI.html pada 28 April 2015
Tanoker. (2013). Permainan Modern vs Permainan Tradisional . di unduh dari http://Permainan.Modern.vs.Permainan.Tradisional.(Case.Komunitas.Tanoker.Ledokombo.Kab.Jember-Peluang.Tantangan.dan.Strategi).com  pada 28 April 2015
Lestari, Yulia. (2014). Manfaat Permainan Tradisional Bagi Tumbuh Kembang Anak. Di unduh dari http://Manfaat.Permainan.Tradisional.Bagi.Tumbuh.Kembang.Anak_Hikashi.Aoi.Ryodan.com pada 28 April 2015.
Arif, Moh. (2013). Dunia Pendidikan  PERMAINAN TRADISIONAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Di unduh dari Dunia http://Pendidikan.PERMAINAN.TRADISIONAL.SEBAGAI.MEDIA.PEMBELAJARAN.PADA.SISWA.SEKOLAH.DASAR_MI.html pada 28 April 2015



0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

About