PERMAINAN TRADISIONAL DAN MEDIA SEDERHANA
Abela Oktoviyani, Debby
Indria Lestari, Dian Bela Fitri Utami*,
Finita Prima Ariesta,
dan Muhammad Nur Alam
Jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
Abstrak
Masa anak-anak adalah masa
paling menyenangkan, dimana mereka disuguhkan dan dimanjakan dengan berbagai
permainan yang menarik. Artikel ini membahas tentang permainan dan media
sederhana yang terancam
dikesampingkan dengan permainan zaman
sekarang yang serba instan dan canggih.
Contoh
permainan yang paling sederhana
yaitu permainan tradisional
dimana kesederhanaan itu
bias dilihat dari
aspek media yang mudah didapat, mudah untuk membuatnya
serta cara bermainya
yang tidak terlalu
rumit yang memiliki banyak
manfaat bagi anak-anak di Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana pentingnya melestarikan permainan sederhana seperti permainan trdisional dalam kehidupan di era modern ini, salah satunya memanfaatkan permainan
tradisional dalam membangun karakter anak. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya
fenomena perubahan aktivitas bermain anak saat ini, yang lebih sering bermain
permainan modern yang identik dengan penggunaan teknologi seperti video
games dan games online. Akibatnya, permainan anak tradisional mulai
terlupakan dan menjadi asing di kalangan anak-anak. Selain itu, tingkat
kecanduan terhadap permainan modern pada anak juga tinggi sehingga berpengaruh
pada kebiasaan dan perilaku anak. Tulisan berdasarkan studi pustaka ini
menguraikan contoh aplikasi permainan dan media sederhana yang tertuang dalam permainan tradisional
Indonesia serta dampak yang terjadi ketika mulai munculnya games dalam
gadget
/ tablet sehingga
menyebabkan kecanduan bermain
games tersebut yang berakibat pada
karakter pada diri anak. Mengembalikan permainan anak tradisional sebagai
permainan anak-anak saat ini dapat menjadi suatu alternatif untuk menciptakan
generasi berkarakter unggul.
Kata
kunci : Anak; Karakter; Permainan Modern;
PermainanTradisional
Pendahuluan
Permainan sederhana merupakan permainan yang tidak memerlukan banyak biaya,
tidak membutuhkan banyak peralatan tetapi tetap menyenangkan. Permainan tradisional adalah suatu
jenis permainan sederhana yang ada pada suatu
daerah tertentu yang berdasarkan kepada tradisi dan
budaya daerah tersebut. Permainan tradisional menjadi salah
satu warisan budaya Indonesia, karena tidak hanya untuk bersenang-senang namun didalamnya terkandung beragam manfaat bagi
pertumbuhan anak. Khususnya bagi perkembangan pertumbuhan seorang anak, dengan memainkan permainan tradisional secara
tidak langsung anak dapat
mempelajari pengetahuan, melatih kemampuan motorik, serta melestarikan budaya daerahnya sendiri.
Permainan tradisional yang dimiliki
Indonesia ada bermacam-macam, tergantung dimana letak daerahnya, letak
geografisnya, serta tradisi dan budaya yang berlaku di daerah-daerah. Misalnya
permainan tradisional yang terdapat di Jawa Barat akan berbeda dengan permainan
tradisional yang terdapat di daerah kalimantan timur dan daerah lainnya.
Meskipun terdapat permainan yang sama, tetapi tradisi, budaya, dan keadaan
sosial masyarakatnya pasti berbeda sehingga akan mempengaruhi tata cara
permainannya juga. Sampai sekarang belum
ada keterangan pasti yang
menunjang sejak kapan manusia mengenal
permainan. Namun pada
intinya permainan merupakan bagian
dari tingkah laku
manusia yang juga
merupakan bagian dari kebudayaan. Dengan demikian pengertian
tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa lahirnya permainan tradisional
anak adalah seiring lahirnya kebudayaan.
Dibandingkan dengan permainan modern, pada zaman dahulu belum terlalu berkembang adanya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di Indonesia setelah merdeka terbagi menjadi dua dekade. Pada dekade
pertama,
yaitu tahun 1945-1960, bangsa Indonesia mulai mengerti arti
teknologi produksi, walaupun masih dalam
tingkat pasif dan
penuh ketergantungan pada pihak
luar negeri. Hasil dari pengenalan ilmu
pengenalan teknologi untuk pertama kali yaitu pembangunan pabrik semen di Gresik, pabrik kertas di blabak (Magelang), pabrik gelas, dan kosmetik di Surabaya di pertengahan dekade 1950an. Padadekade ke-2 yaitu pada tahun 1976 dengan mendirikan pabrik
pesawat terbang di Bandung yang di beri nama industry pesawat terbang NUR TANIO (IPTN) yang
menggunakan teknologi
yang lebih canggih lagi. Teknologi dari pabrik
pesawat terbang ini mengacuh pada
teknologi di
Jerman. Jadi, pada
zaman penjajahan mau pun
setelah kemerdekan, perkembangan IPTEK hanya seputar untuk keperluan produksi dan pada
zamannya masyarakat belum mengembangkan teknologi tersebut menjadi sebuah
pembaharuan dalam permainan. Sehingga di waktu yang lampau permainan tradisional lebih dominan dan
menjadi sebuah tradisi dimana
permainan
yang ada harus disampaikan secara
turun temurun dan di dalam permainan tersebut terkadung filosofis yang bermakna.
Namun kini perkembangan zaman telah membuat
orang-orang terlarut dalam era modernisasi dimana segala hal yang berhubungan dengan teknologi sangat diminati. Kebanyakan masyarakat
mulai tergiur dan mengikuti perkembangan zaman, sama halnya dengan anak-anak
yang mulai meninggalkan permainan tradisional karena lebih memilih permainan
yang lebih praktis dan canggih seperti Play Station, Game Online, dan
lain sebagainya yang justru terkadang berdampak negatif bagi perkembangan
kepribadian mereka dan pembentukan karakter anak. Pilihan
anak ini juga karena dukungan dari orang tua, yang menyediakan berbagai
fasilitas yang dibutuhkan oleh anaknya. Orang tua tidak lagi memperkenalkan
permainan yang dimainkannya dulu waktu mereka kecil kepada anak-anaknya.
Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, permainan digital berdampak buruk pada
anak. Di berbagai media baik cetak maupun elektronik saat ini, marak diberitakan
tentang berbagai dampak permainan digital pada anak, khususnya games online.
Anak yang bermain gamesonline tanpa adanya kontrol, khususnya dari orang
tua, cenderung mengalami kecanduan. Akibatnya, sebagian besar waktu anak
digunakan untuk bermain games online.
Game modern juga dapat memacu anak untuk untuk
melakukan tindak kriminal, seperti yang terjadi di Bandung
tahun 2005, seorang mahasiswa Universitas Maranatha tewas ditikam temannya
sendiri akibat kalah bermain PS.
“Krisna
Cahyadi (19), mahasiswa ekonomi angkatan 2004 Universitas Maranatha, ditemukan
sudah menjadi mayat di tempat kosnya, di lantai 3 kamar C-20 Tulip Home Jln.
Babakan jeruk IV No. 30 Kota Bandung, Kamis (1/12) sekira pukul 13.30 WIB.
Dalam pemeriksaan awal, tersangka mengaku menghabisi nyawa korban karena kalah
judi bola dan bermain Play Station dengan korban (Tanoker, 2013).
Dengan adanya kasus tersebut menjadikann orang tua
merasa khawatir, dan lebih waspada dalam mengawasi anaknya dalam bermain games modern ini. Pelestarian
permainan tradisional dalam hal ini, dipandang sebagai sebuah upaya counter
globalisasi permainan modern. Sebuah permainan akan sangat besar pengaruhnya
terhadap pembinaan budaya anak-anak dalam masyarakat. Artinya bahwa anak-anak
lebih bisa menerima dengan cepat suatu pengetahuan melalui permainan. Sebab
dalam permainan anak terkandung nilai-nilai pendidikan yang tidak secara
langsung terlihat nyata, tetapi terlindung dalam sebuah simbol. Nilai-nilai
tersebut memiliki banyak dimensi , antara lain rasa kebersamaan, kejujuran,
kedisiplinan, sopan-santun dan aspek-aspek kepribadian yang lain atau bahkan
mengandung nilai kekerasan (Tanoker, 2013).
Permainan Tradisional
Sebagai Media Pembelajaran
Permainan
merupakan sesuatu yang digunakan untuk bermain. Permainan berasal dari
kata “main” yang artinya melakukan suatu kegiatan untuk menyenangkan hati baik
dengan menggunakan alat maupun tidak. Di Indonesia, permainan anak terdiri dari
permainan tradisional dan permainan modern (Lestari, 2014).
Permainan rakyat merupakan asset budaya yang tidak
ternilai harganya. Keberadaanya saat ini mulai tersisih dengan hadirnya
media-media permainan yang lebih menarik mata ketimbang permainan rakyat yang
menstimulus imajinasi dan menjanjikan keharmonisan lingkungan sosial. Permainan
rakyat yang selama ini kita kenal pada masa kecil ternyata secara tidak
langsung telah mendidik dan menuntun kita untuk menjadi pribadi yang unggul.
Permainan rakyat yang sarat dengan nilai sosial dan sportifitas tersebut, akan membentuk kebiasaan seorang anak untuk
menentukan sikap dalam menghadapi masa depannya (Wardani, 2010)
Media
permainan tradisional (penggunaan media sederhana) pada Pembelajaran merupakan
alat yang digunakan untuk membantu mengungkap gejala dan menanamkan konsep
sains dengan perlakuan (treatment) tertentu. Adapun alat yang digunakan
dalam mengungkap gejala dan menanamkan konsep sains di sini terbuat dari
bahan-bahan yang berasal dari alat taradisional yang dijadikan permainan
tardisional anak dari masa kemasa, yang ada kaitannya dengan Pembelajaran. Pada
dasarnya bahwa anak sekolah dasar merupakan dunia bermain yang merupakan
kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas
bermain. Filsuf Yunani, Plato, yang merupakan orang pertama yang menyadari dan
melihat pentingnya nilai praktis dari bermain dimana anak-anak akan lebih mudah
mempelajari aritmatika melalui situasi bermain (Arif, 2013).
Permainan dapat menimbulkan kegiatan belajar yang
menarik, dapat menumbuhkan semangat belajar terutama bagi anak pada usia masa
perkembangan, dan dapat dijadikan media dalam kegiatan belajar di sekolah.
Permainan dalam proses pembelajaran dapat mencapai tujuan kognitif, menambah
motivasi dan menambah keterampilan siswa dalam belajar, Permainan belajar (learning
game) yang menciptakan atmosfer mengembirakan dan membebaskan kecerdasan
penuh dan tidak terhalang dapat memberikan banyak sumbangan. Melalui permaianan
jika dimanfaatkan secara baik dapat: (1) Menyingkirkan “keseriusan” yang
menghambat, (2) Menghilangkan setres anak dalam lingkungan belajar, (3)
Mengajak peserta didik terlibat penuh dalam belajar, (4) Meningkatkan proses
belajar (Arif, 2013).
Perubahan Sosial Dalam
Permainan Tradisional.
Didalam
ilmu sosial, perubahan dalam masyarakat adalah suatu hal yang pasti, tidak ada
di dunia ini yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Begitupun dalam konteks permainan tradisional, zaman sekarang sudah dominan melakukan apapun dengan menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan dalam bidang teknologi
biasanya lebih dikenal dengan istilah modernisasi. Modernisasi merupakan suatu
istilah yang digunakan untuk menunjukan keadaan dimana manusia meninggalkan
alat-alat tradisional ke alat-alat yang lebih modern untuk menyelesaikan
pekerjaan sehari-hari.Kemajuan teknologi juga merembet masuk ke permainan
anak-anak, misalnya permaianan playstation, danpermainan pada personal
computer. Untuk menikmati permainan tersebut, anak-anak tidak perlu pergi
kelapangan bola, berlari-lari ditepi sungai, serta melompat kekolam untuk
mengambil kelereng yang tercebur kekolam. Mereka hanya cukup duduk
didepan monitor, dengan ditemani stick atau mouse sebagai
tongkat untuk menjalankan permainan modern tersebut.
Perubahan
permainan tradisional ke permainan modern merupakan bentuk dari pergeseran
nilai-nilai yang diajarkan pada generasi bangsa tersebut. Permainan yang
dulunya sangat populer dikalangan anak-anak sekolah dasar seperti kelereng,
engklek, congklak, gobak sodor, lompat tali dll,tidak lagi ditemui dikalangan
anak-anak zaman sekarang. Setelah era modernisasi dimulai, permainan ini
seakan hilang ditelan bumi. Perkembangan warnet, game playstation,
maupun permainan pada Personal Computer membawa guncangan perubahan
terhadap permainan tradisional tersebut, padahal permainan modern seperti playstation
ini tidak mengajarkan anak untuk berinteraksi dan bekerja sama dalam kelompok,
sedangkan permainan tradisional mendidik anak-anak untuk saling
bekerjasama, berinterkasi, serta jujur dalam permainan.
Seorang sosiolog, William F Ogburn dalam Arafat, mengatakan bahwa
perubahan sosial dalam masyarakat mencakup dua aspek kebudayaan, yaitu
kebudayaan materill dan kebudayaan non-materil. Kebudayaan materil merupakan
segala kebudayaan yang berbentuk benda, seperti pekembangan teknologi informasi
dalam masyarakat, ahli ini juga berpendapat bahwa perubahan pada kebudayaan
materil harus diimbangi dengan non-materil (nilai, norma, dan pola prilaku),
jika perubahan kebudayaan materil tidak diimbangi oleh kebudayaan non-materil,
maka akan terjadi ketegangan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu,
modernisasi tidak diimbangi oleh nilai-nilai luhur bangsa, maka sedikit
banyaknya akan mengubah perilaku individu atau kepribadian bangsa tersebut kearah yang tidak
diinginkan.Perubahan itu pasti, serta sulit untuk dibendung, jika stakeholder-stakeholder
yang ada didalam masyarakat hanya menunjukan “mati suri”. Sikap preventif dari
pemerintah, tokoh adat, serta tokoh agama sangat diperlukan agar perubahan ini
tidak terlalu jauh membawa efek negatif, jiak tidak akan merusak nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia (Arafat, 2013).
Hasil
Penelitian
Dalam bab ini peneliti akan membahasa tentang
penelitian terhadap para mahasiswa yang ada di UNNES tentang minat terhadap
permainan tradisional dan media sederhana. Seperti kita ketahui, saat ini
jarang sekali mahasiswa yang tidak memiliki gadget, hampir mayoritas mahasiswa
lebih bersahabat dengan gadget nya untuk bermain games. Melalui penelitian ini,
kita akan mengetahui seberapa penting permainan tradisional di bandingkan
dengan permainan modern. Kita memberikan kuisioner kepada 13 Mahasiswa UNNES,
kuisioner tersebut berisi pertanyaan sebagai berikut : (1) Manakah yang lebih anda sukai, bermain dengan
permainan tradisional atau permainan modern seperti yang terdapat dalam gadget? (2) Menurut anda permainan
tradisional sebaiknya dihilangkan atau tetap dipertahankan? (3)
jenis permainan tradisional yang masih saat ini masih berkesan dalam
hidup anda?
Dari kuisioner tersebut, kami dapat memperoleh hasil
sebagai berikut: Pertama, sepuluh dari 13 mahasiswa menjawab bahwa mereka lebih memilih permainan
Tradisional. Karena menurut ke sepuluh mahasiswa tersebut, permainan
tradisional memberikan dampak baik, seperti kekeluargaan dan kasih sayang,
serta kebersamaan. Permainan tradadisional juga tidak menyebabkan kemalasan.
Manfaat dari permainan tradisional pun sangat banyak, terutama dapat
menungkatkan kecerdasan otak, selain fisik yang ikut berperan, otak pun dapat
terasah. Dengan keanekaragaman jenis permainan tradisional, sebisa mungkin
permainan tersebut harus dipertahankan,
karena sebagai upaya dalam melestarikan budaya yang ada di Indonesia.
Disamping itu budaya anak-anak akan lebih berkesan jika permaina diakukan
secara bersama-amama. Sehingga anak-anak tidak mempunyai sifat individualis .
Jika dilihat dari segi kesehatan, permainan modern dapat merusak kesehatan mata
dan otak dalam usia dini. Mereka sangat terkesan dengan jenis permainan
seperti, sundamanda/engklek, gobak sodor, petak umpet, lompat tali, damdaman,
congklak.
Kedua, dua mahasiswa memilih permainan modern
dibandingkan dengan permainan tradisional. Mereka menganggap games yang terdapat dalam gadget lebih praktis, lebih canggih, dan
lebih mudah dibawa kemana-mana. Mereka berfikir bahwa di perkembangan zaman
sekarang diwajibkan untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi dan
memanfaatkannya semaksimal mungkin. Namun mereka juga berpendapat agar
permainan tradisional tetap dipertahankan karena permainan tersebut merupakan
tradisi yang turun temurun dan sayang jika dihilangkan/punah. Mereka sadar jika
permainan tradisional adalah salah satu kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia.
Ketiga, satu mahasiswa berpendapat bahwa di era
sekarang penggunaan permainan tradisional dan modern disesuaikan oleh usia,
misalnya usia masa kecil belum pantas
disuguhi dengan gadget. Sedangkan
untuk masa dewasa jika harus memainkan permainan tradisional maka akan kurang
sesuai jika dilihat dari segi usia.
Namun fenomena yang ada anak kecil yang seharusnya bahagia dengan teman
sebayanya, kenyataannya cinderung bersifat individualis karena disuguhi gadget sejak dini.
Berdasarkan hasil
kuisioner tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa permainan tradisional dan
media sederhana wajib kita pertahankan, meskipun di era sekarang lebih trend dengan penggunaan gadget.
Permainan tradisional adalah salah satu identitas yang dimiliki oleh Indonesia,
dan kita harus berusaha untuk melestarikanya agar setiap masyarakat dari Sabang
sampai Merauke dapat mengenal identitas yang dimiliki oleh setiap daerah agar
tidak direbut oleh negara lain.
Upaya-Upaya
yang bisa dilakukan dalam melestarikan dan mempertahankan Permainan sederhana
(tradisional) di tengah maraknya penggunaan gadget.
Hal tersebut dapat dilakukan oleh beberapa pihak mulai dari pihak keluarga,
sekolah ataupun masyarakat luas. Secara umum upaya-upaya untuk melestarikannya
dapat dilakukan dengan cara : (a) mengenalkan kepada anak-anak permainan
tradisional. Disini peran orang tua sangatlah penting dalam mengawasi
anak-anaknya dalam bermain, orang tua harus mengajarkan betapa pentingnya kita
melestarikan budaya kita dengan bermain permainan yang tradisional, dan
menjelaskan dampak buruk jika kita hanya dominan
dengan permainan modern. (b) membuat
permainan tradisonal menjadi menarik sehingga dapat memikat anak, (c)
memberikan pembelajaran cara bermain, dan membuat mainan tradisional, (d)
mengadakan pameran mainan tradisional, (e) mengadakan workshop pelatihan
permainan tradisional, (f) upaya selanjutnya yaitu dilingkungan kita (kampus),
seperti memasukkan permainan tradisional dalam mata kuliah di Fakultas
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Nama mata kuliah ini yaitu Tradisional Sport. dalam mata kuliah
ini, dosen memberikan penjelasan tentang permainan tradisional, mahasiswa di
tugaskan untuk mempraktekan setiap permainan tradional yang diajarkan (Aris ,
2015). Pada tanggal 30 April 2015, kami melakukan wawancara dengan salah satu
dosen FIK bernama Pak Aris. Beliau mengatakan sebagai berikut: “Kebetulan saat
ini Fakultas Ilmu Keolahragaan kedatangan mahasiswa dari Thailand. Disini moment yang sangat tepat untuk
memperkenalkan permainan tradisional kepada Mahasiswa Thailand sebagai
apresiasi budaya Indonesia” (Aris, 2015)
Selain di FIK, Fakultas Ilmu Pendidikan juga terdapat Jurusan PG PAUD, yang
materinya juga mengenai permainan tradisional.
Filosofi dan Teori yang
Mendasari Permainan Tradisional dan Media Sederhana.
Jika dilihat
dali filosofinya, Permainan tradisional adalah permainan yang lahir disuatu
masyarakat dan daerah yang menjadi ciri khas daerah dan masyarakat tersebut. Setiap
permainan tradisional memiliki filosofi contohnya seperti permainan Gobak
Sodor. Gobak Sodor sebenarnya berasal dari kata “Go Back Sift Door” lahir
pada zaman jajahan Belanda (Aris, 2015). Permainan ini sangat menarik,
menyenangkan sekaligus sangat sulit, karena setiap orang harus selalu berjaga
dan berlari secepat mungkin jika di perlukan untuk meraih kemenangan. Nilai
spiritual dalam permainan gobak sodor selain kebersamaan, kita juga bisa
belajar kerjasama yang kompak antara satu penjaga dan penjaga lain agar lawan
tidak lepas kendali untuk keluar dari kungkungan kita. Di pihak lain bagi
penerobos yang piawai, disanan masih banyak pintu-pintu yang terbuka apabila
satu celah dirasa telah tertutup. Jangan putus asa apabila ada pintu satu yang
dijaga, karena masih ada pintu lain yang siap menerima kedatangan kita, yang
penting kita mau berusaha dan bertindak segera. Ingatlah bahwa peluang selalu
ada, walaupun terkadang nilai probabilitasnya sedikit (Kaskus, 2010)
Selanjutnya
ada sebuah filosofi sederhana namun sarat makna dari permainannya, yaitu
Congklak. Dalam congklak terdapat 7 lubang dimasing-masing sisi, dan
masing-masing berisi 7 biji. Tujuh adalah jumlah hari dalam satu minggu. Jumlah
biji yang ada pada lubang kecilpun sama. Artinya tiap orang mempunyai jatah
waktu yang sama dalam seminggu, yaitu 7 hari. Ketika biji diambil dari satu
lubang, ia mengisi lubang yang lain, termasuk lubang induknya. Pelajaran dari
fase ini adalah tiap hari yang kita jalani, akan mempengaruhi hari-hari kita
selanjutnya, dan juga hari-hari orang lain. Apa yang kita lakukan hari ini
menentukan apa yang akan terjadi pada masa depan kita. Apa yang kita lakukan
hari ini, bisa jadi sangat bermakna pula bagi orang lain. Biji diambil,
kemudian diambil lagi, juga berarti bahwa itu harus memberi dan menerima. Tidak
bisa mengambil terus apabila tidak memberi. Biji diambil satu persatu, tidak
boleh semua sekaligus. Maksudnya, kita harus jujur untuk mengisi lubang kita.
Kita harus jujur mengisi hidup kita. Satu persatu, sedikit demi sedikit,
asalkan jujur adan baik, lebih baik dari pada banyak namun tidak jujur. Satu
persatu bji yang diisi juga bermakna bahwa kita harus menabung tiap hari untuk
hari-hari berikutnya. Kita juga harus mempunyai “simpanan/tabungan”, yaitu biji
yang berada dilubang induk. Strategi diperlukan dalam permainan ini agar biji
kita tidak habis diambil lawan. Hikmahnya adalah hidup ini adalah persaingan,
namun bukan berarti kita harus bermusuhan. Karena tiap orang juga mempunyai
kepentingan dan tujuan yang (mungkin) sama dengan tujuan kita, maka kita harus
cerdik dan strategis. Pemenang adalah yang jumlah biji di lubang induknya
paling banyak, maksudnya adalah mereka yang menjadi pemenang/mereka yang sukses
adalah mereka yang paling banyak amal kebaikannya. Mereka yang banyak tabungan
kebaikannya, mereka yang menabung lebih banyak, dan mereka yang tahu strategi
untuk mengumpulkan rezeki (Kaskus, 2010)
Jika dilihat dari perspektif sosiologi, hubungan-hubungan yang
terdapat dalam permainan tradisional dan media sederhana dikalangan masyarakat
dapat dikategorikan kedalam Teori Struktural Konsensus. Salah satu cara
sosiologi menjelaskan keteraturan dan memprediksi kehidupan sosial adalah
dengan memandang perilaku manusia sebagai perilaku yang dipelajari. Proses kunci
yang ditekankan teori ini disebutsosialisasi. Istilah ini merujuk kepada cara
dimana manusia mempelajari perilaku tertentu yang diharapkan dari mereka
diwujudkan dalam latar sosial dimana mereka menemukan diri mereka sendiri
(Jones, 2009).
Menurut Jones (2009), Para sosiologi yang menganut teori konsensus
menggunakan istilah kebudayaan untuk menguraikan aturan-aturan yang mengatur
pikiran dan kelakuan dalam suatu masyarakat. Kebudayaan ada sebelum manusia
mempelajarinya. Ketika lahir, manusia dihadapkan dengan dunia sosial yang sudah
ada. Hidup didunia ini berarti belajar “bagaimana melakukan segala sesuatu”.
Hanya dengan mempelajari aturan aturan kebudayaan suatu masyarakat dapatlah
manusia berinteraksi dengan manusia lain. Karena mereka sama-sama disosialisasikan,
orang-orang berbeda akan berperilaku sama. Dalam kasus ini, permainan
tradisional merupakan suatu permainan yang sudah muncul sejak dahulu yang menjadi kebudayaan dimasing-masing
daerah. Seperti kita ketahui, bermain
cara tradisional ini melibatkan banyak orang atau anggota sehinngga munculnya
suatu proses sosialisasi. Mereka lebih bebas mengeskplorasikan kemampuan
dirinya sendiri dalam bermain cara tradisional namun tetap berpegang teguh pada
norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Dengan demikian menggunakan permainan
tradisional akan menciptakan interaksi sosial yang aktif. Berbeda lagi dengan
permainan masa kini, dimana mereka hanya fokus dengan Gadget nya tanpa memperhatikan kondisi dan situasi sosial di
sekitarnya.
Selain Teori
Konsensus, munculah teori-teori baru tentang bermain, seperti teori psikonalisa
dari Freud yang beranggapan bahwa bermain memegang peranan penting dalam
perkembangan emosi anak karena memiliki efek katarsis yang dapat mengatasi
pengalaman traumatik dan keluar dari rasa frustasi. Selanjutnya teori kognitif
dari Piaget (1962) memandang bahwa saat bermain, anak tidak belajar sesuatu
yang baru, melainkan belajar untuk mempraktekkan keterampilan yang baru
diperoleh. Dengan bermain, anak akan mendapatkan peran yang sangat penting,
yaitu mengembangkan aspek perkembangannya, seperti aspek fisik atau motorik,
melalui permainan motorik kasar dan halus, kemampuan mengontrol anggota tubuh,
belajar keseimbangan, kelincahan, koordinasi mata dan tangan, dan lain
sebagainya, aspek sosial emosional dan aspek kognitif. Lev Vigotsky (1978) yang
juga mengemukakan teori kognitif memandang bahwa bermain bersifat menyeluruh,
selain untuk perkembangan kognisi, bermain juga mempunyai peran penting bagi
perkembangan sosial dan emosi anak (Meriani, 2008).
Penutup
Permainan tradisional
dan media sederhana adalah salah satu ciri khas dari bangsa Indonesia. Kita
sebagai warga negara yang baik harus selalu mempertahankan setiap budaya yang
dimiliki oleh Indonesia. Setelah kita mengetahui betapa
permainan modern sangat memiliki dampak besar bagi pribadi anak, kesehatan
fisik, dan terhambatnya hubungan sosial dengan llingkungan sekitarnya kita
harus bisa mengantisipasi dengan adanya hal tersebut
Cara mempertahankannya mulai dari pihak
keluarga dengan cara mengenalkan budaya permainan tradisional kepada anak.
Orang tua harus mengawasi anak-anak nya agar tidak terlalu dominan dalam
menggunakan gadget, karena gadget memiliki dampak yang sangat
membahayakan terutama dari segi karakter anak. Tidak ada salahnya jika kita
memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada, tetapi kita harus tetap bersikap
selektif dan waspada. Sebisa mungkin kita harus memfilter budaya gedget yang muncul di era globalisasi.
Selain dari pihak keluarga, ada juga cara kita sebagai mahasiswa dalam rangka
mempertahankan permainan tradisional, yaitu dengan cara membuat
permainan tradisonal menjadi menarik sehingga dapat memikat anak, memberikan
pembelajaran cara bermain, dan membuat mainan tradisional, mengadakan pameran mainan tradisional,
mengadakan workshop pelatihan
permainan tradisional, upaya selanjutnya yaitu dilingkungan kita (kampus),
seperti memasukkan permainan tradisional dalam mata kuliah di Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Dan Fakultas Ilmu Pendidikan (Jurusan PG PAUD ) Universitas Negeri
Semarang.
Daftar
Pustaka
Jones,
Pip. (2009). Pengantar Teori-Teori
Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Bahari,
Hamid. (2013). Permainan-Permainan
Perangsang Karakter Positif Anak. Yogjakarta: DIVA Press.
Wardani,
Dani. (2010). 33 Permainan Tradisional
yang Mendidik. Yogyakarta: Cakrawala.
Mariani, Devi Ari. 2008. Bermain dan Kreativitas Anak pada
Usia Dini, (Online), (http://deviarimariani.wordpress.com/2008/06/12/bermain-dan-kreativitas-anak-usia-dini/) pada tanggal 28 April 2018.
Tanoker. (2013). Permainan
Modern vs Permainan Tradisional . di unduh dari http://Permainan.Modern.vs.Permainan.Tradisional.(Case.Komunitas.Tanoker.Ledokombo.Kab.Jember-Peluang.Tantangan.dan.Strategi).com pada 28 April 2015
Lestari,
Yulia. (2014). Manfaat Permainan
Tradisional Bagi Tumbuh Kembang Anak. Di unduh dari http://Manfaat.Permainan.Tradisional.Bagi.Tumbuh.Kembang.Anak_Hikashi.Aoi.Ryodan.com
pada 28 April 2015.
Rifki. (2014). Perkembangan
IPTEK di Indonesia. Diunduhdarihttp://rifkiberbagiilmu.blogspot.com/2014/05/perkembangan-iptek-di-indonesia.html pada 27 Mei 2015
Arafat,
Yaser. (2013). Hilangnya EksistensiPermainanTradisionalditengah
eraglobalisasi. Diunduhdarihttps://yasersosiolog.wordpress.com/2013/09/12/hilangnya-eksistensi-permainan-tradisional-ditengah-era-globalisasi/pada 28 Mei 2015
Arif,
Moh. (2013). Dunia Pendidikan PERMAINAN
TRADISIONAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Di unduh dari
Dunia http://Pendidikan.PERMAINAN.TRADISIONAL.SEBAGAI.MEDIA.PEMBELAJARAN.PADA.SISWA.SEKOLAH.DASAR_MI.html
pada 28 April 2015
Kaskus. (2010). http://www.kaskus.co.id/thread/53342c357774d8c2470000a8/filosofi-dari-berbagai-permainan-tradisional-indonesia/?ref=postlist
21&med=recommended_for_you pada tanggal 23
Mei 2015
Tanoker. (2013). Permainan
Modern vs Permainan Tradisional . di unduh dari http://Permainan.Modern.vs.Permainan.Tradisional.(Case.Komunitas.Tanoker.Ledokombo.Kab.Jember-Peluang.Tantangan.dan.Strategi).com pada 28 April 2015
Lestari,
Yulia. (2014). Manfaat Permainan
Tradisional Bagi Tumbuh Kembang Anak. Di unduh dari http://Manfaat.Permainan.Tradisional.Bagi.Tumbuh.Kembang.Anak_Hikashi.Aoi.Ryodan.com
pada 28 April 2015.
Arif,
Moh. (2013). Dunia Pendidikan PERMAINAN
TRADISIONAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Di unduh dari
Dunia http://Pendidikan.PERMAINAN.TRADISIONAL.SEBAGAI.MEDIA.PEMBELAJARAN.PADA.SISWA.SEKOLAH.DASAR_MI.html
pada 28 April 2015
0 komentar:
Posting Komentar